Guru MI Profesional dan Tantanganya
Imam Bachtiarudin
Seiring bergulirnya
waktu, sejarah pendidikan di Indonesia
tidak pernah usai terombang-ambing kontestasi idealitas yang memimpikan
Pendidikan yang bermutu. Guru professional, adalah satu contoh yang ajeg
ditemui
Mendengar kata tentang
guru, sudah barang tentu terlintas di pikiran kita tentang jasa-jasanya. entah
bagaimana bangsa ini tanpa kehadiaran guru ini? Guru adalah seorang arsitektur
yang dapat membentuk jiwa dan watak anak didik. Dan diharapkan kelak mereka
dapat menjadi manusia yang susila serta berguna bagi nusa, bangsa dan agamanya.
Sungguh tugas yang sangat mulia yang diemban oleh seorang guru.
Maka, dari opini di
ataslah perlu kiranya kita merenungkan apa yang dimaksud dengan guru sebagai
guru yang sebenar-benarnya. Karena, tugas guru tidak hanya sebagai suatu
profesi, tetapi juga sebagai suatu tugas dalam bentuk pengabdian kemanusiaan
dan kemasyarakatan.[1]
Dalam paradigma Jawa,
pendidik diidentikkan dengan guru, yang mempunyai makna “Digugu dan ditiru”
artinya mereka yang selalu dicontoh dan dipanuti.
Sedangkan dalam kamus
besar bahasa Indonesia adalah seorang yang pekerjaannya (mata pencahariannya,
profesinya) mengajar. Dalam bahasa Arab disebut mu’allim dan dalam bahasa
Inggris disebut Teacher. Itu semua memiliki arti yang sederhana yakni “A Person
Occupation is Teaching Other” artinya guru ialah seorang yang pekerjaannya
mengajar orang lain.[2]
Pengembangan profesionalisme guru menjadi perhatian secara
global, karena guru memiliki tugas dan peran bukan hanya memberikan
informasi-informasi ilmu pengetahuan dan teknologi, melainkan juga membentuk
sikap dan jiwa yang mampu bertahan dalam era hiperkompetisi. Tugas guru adalah
membantu peserta didik agar mampu melakukan adaptasi terhadap berbagai tantangan
kehidupan serta desakan yang berkembang dalam dirinya. Pemberdayaan peserta
didik ini meliputi aspek-aspek kepribadian terutama aspek intelektual, social,
emosional dan ketrampilan. Tugas mulia itu menjadi berat karena bukan saja guru
harus mempersiapkan generasi muda memasuki abad pengetahuan, melainkan harus
mempersiapkan diri agar tetap eksis, baik sebagai individu maupun sebagai
professional.
Menurut para ahli, profesionalisme menekankan pada
penguasaan ilmu pengetahuan atau kemampuan manajemen beserta strategi
penerapannya. Maister (1997) mengemukakan bahwa profesionalisme bukan
sekedar pengetahuan teknologi dan manajemen tetapi lebih merupakan sikap,
pengembangan profesionalisme lebih dari seorang teknisi bukan hanya memiliki
ketrampilan yang tinggi tetapi memiliki suatu tingkah laku yang dipersyaratkan.
Untuk
menjadi guru yang memiliki atribut professional yang tinggi seorang guru
dituntut untuk memiliki ciri lima hal :
1. Guru mempunyai komitmen pada siswa
dan proses belajarnya;
2. Guru menguasai secara mendalam bahan
(mata pelajaran) yang diajarkannya serta cara mengajarnya kepada siswa;
3. Guru bertanggungjawab memantau hasil
belajar siswa melalui berbagai cara evaluasi;
4. Guru mampu berfikir sistematis
tentang apa yang dilakukannya dan belajar dari pengalamannya;
5. Guru seyogyanya merupakan bagian
dari masyarakat belajar dalam lingkungan profesinya.[3]
Arifin (2000) mengemukakan guru Indonesia
yang professional dipersyaratkan sebagai berikut :
- Dasar ilmu yang kuat sebagai pengejawantahan terhadap masyarakat teknologi dan masyarakat ilmu pengetahuan di abad 21;
- Penguasaan kiat-kiat profesi berdasarkan riset dan praksis pendidikan yaitu ilmu pendidikan sebagai ilmu praksis bukan hanya merupakan konsep-konsep belaka. Pendidikan merupakan proses yang terjadi di lapangan dan bersifat ilmiah, serta riset pendidikan hendaknya diarahkan pada praksis pendidikan masyarakat Indonesia;
- Pengembangan kemampuan professional berkesinambungan antara LPTK dengan praktik pendidikan. Kekerdilan profesi guru dan ilmu pendidikan disebabkan terputusnya program pre-service dan in-service karena pertimbangan birokratis yang kaku atau manajemen pendidikan yang lemah.
Banyak orang
memandang, Guru Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah merupakan pekerjaan mudah,
sepele atau pun profesi guru paling rendah. Jika pendapat ini benar, seharusnya
anak seorang profesor pun tidak perlu masuk Sekolah Dasar karena orang tuanya
cukup pintar untuk mengajari pendidikan anaknya. Di sinilah tantangan besar
dan berat bagi Guru Sekolah Dasar. Keberhasilan atau kesuksesan anak di
kemudian hari dipertaruhkan di sini.
Tantangan Guru Kelas Madrasah Ibtidaiyah
Banyak daerah
di Indonesia, rata-rata madrasah ibtidaiyah masih memakai Guru Kelas,
karena keterbatasan jumlah guru dan latar belakang keilmuannya. Untuk itu, guru
kelas diharuskan menguasai beberapa mata pelajaran seperti Matematika, bahasa
Indonesia, IPA, IPS sampai muatan lokal dan ketrampilan. Mungkin hal ini tidak
terjadi di jenjang pendidikan SMP atau SMA. Nasib yang sama, mungkin tidak
dirasakan oleh Sekolah Dasar di beberapa kota besar atau pun Sekolah Dasar yang
telah memiliki guru bidang studi tertentu seperti Agama atau Olah Raga.[4]
Paling sangat
dirasakan berat lagi adalah Guru Kelas 1, terutama untuk Madrasah yang ada di
pelosok maupun di pedalaman. Jangankan melalui PAUD, untuk masuk sekolah dasar
pun perlu rayuan. Seorang guru kelas 1 sekolah dasar mendapat tugas dan
tantangan untuk pertama kali anak belajar menulis, membaca, berhitung
(calistung). Beraneka ragam tingkat IQ dan latar belakang siswa merupakan
masalah bagi setiap guru kelas 1. Dengan penguasaan “calistung” yang
baik dan benar, proses belajar mengajar untuk langkah selanjutnya mempunyai
pengaruh besar. Tantangan ini mungkin tidak dirasakan oleh Sekolah Dasar di
kota yang memiliki siswa baru yang telah mengenyam PUD. Meski ada larangan
menggunakan test calistung untuk masuk SD, beberapa sekolah menerapkan seleksi
untuk masuk sekolah.
Bayangkan jika siswa telah duduk di SMP, membaca masih
terbata-bata. Menulis pun model “cakar ayam” dan tidak beraturan,
perkalian dasar saja siswa masih berpikir keras. Dan pihak SMP tidak mau tahu
permasalahan tersebut. Lantas, siapa yang akan disalahkan? Bisa jadi, untuk
saat ini, orang tua siswa dapat menuntut Sekolah Dasar tempat mencari ilmu, namun
tidak membuahkan hasil. Bukankah guru sudah profesional (bersertifikasi) dan
telah dibayar mahal? Dimanakah tanggung jawabnya?
Kriteria guru profesional[5]
Dalam hal merencanakan pembelajaran- senang mencoba ide yang baru saat mengajar dan mencatat prosesnya sehingga ia tahu kurangnya di mana untuk kemudian dengan senang hati akan mencoba kembali
- RPP ia anggap sebagai peta, senang mencicil sehingga tidak menemukan pekerjaan yang segunung saat ditagih atasan
- memikirkan anak-anak yang lambat dalam bekerja saat yang sama memikirkan anak yang cepat dalam bekerja (apa yang akan mereka lakukan jika sudah selesai)
- memikirkan strategi, games serta semua cara agar anak didik tetap sibuk dan kegiatan tetap bermakna
- punya bukti dan menyimpan hal-hal yang bisa dijadikan data pendukung dalam keberhasilan belajar siswa
- menggunakan teknologi dalam menyimpan administrasi pengajaran (google drive)
- diusahakan agar rapi aman dan diatur supaya siswa fokus dalam belajar
- masuk di kelas lebih dahulu dari siswa karena ingin menyiapkan alat dan media pengajaran
- selalu menyemangati anak didik agar melakukan yang terbaik dalam bekerja karena hasilnya akan dipasang di ruangan
- Selalu memberi tahu atasan bila tidak hadir
- menyiapkan pelajaran untuk guru pengganti, sebaliknya dengan sennag hati menggantikan guru yang tidak masuk
- selalu berusaha hadir tepat waktu karena memberi contoh siswanya
- Menjadi pendengar yang baik
- selalu menempatkan diri dalam posisi lawan bicara
- berusaha mengerti orang lain terlebih dahulu baru minta dimengerti
- berusaha sekuat tenaga menggunakan bahasa yang positif, sat berkomunikasi dengan rekan kerja dan orang tua siswa
- berusaha antusias saat di dalam rapat dan menyumbangkan ide yang rasional
- selalu menyanggupi jika sekolah meminta kesediaanya melakukan suatu hal sepanjang tidak bertentangan dengan jam mengajar dan tanggung jawabnya di kelas
Ayat-ayat
al-Quran yang memiliki kosa kata yang mengandung makna guru (pendidik).
·
Ayat-ayat ini akan penulis susun secara
kronologis dengan memperhatikan nomor surat, begitu juga aspek makkiyah dan madaniyah. Kronologi ini
disusun berdasarkan mushaf Usmani.
·
Lebih ringkas ayat-ayat dimaksud sebagaimana
ditunjukkan pada table berikut:[6]
No
|
Kosa
kata
|
Nama/nomor
surat
dan nomor ayat |
Kelompok
ayat
|
1
|
Ahl
az-Zikr
|
An-Nahl/16: 43
|
Makkiyah
|
2
|
Mubasysyir
wa nazir
|
Al-Isra`/17: 105
|
Makkiyah
|
Al-Furqan/25: 57
|
Makkiyah
|
||
3
|
Ulama`
|
As-Syu’ara`/26: 197
|
Makkiyah
|
Fathir/35: 28
|
Makkiyah
|
||
4
|
Al-Muwa’iz
|
As-Syu’ara`/26: 136
|
Makkiyah
|
Luqman/31: 13
|
Makkiyah
|
||
Al-Baqarah/2: 231
|
Madaniyah
|
||
An-Nisa`/4 :63
|
Madaniyah
|
||
5
|
Uli
al-Nuha
|
Taha/20: 54, 128
|
Makkiyah
|
6
|
Mu’allim
|
Al-Baqarah/2: 31,129, 151
|
Madaniyah
|
Ar-Rahman/55:2,4
|
Makkiyah
|
||
7
|
Murabbi
|
Ali Imran/3: 79
|
Madaniyah
|
8
|
Al-muzakki
|
Al-Baqarah/2: 129
|
Madaniyah
|
Al-Baqarah/2: 151
|
Madaniyah
|
||
Al-Baqarah/2: 174
|
Madaniyah
|
||
Al-Jumu’ah/62: 2
|
Madaniyah
|
||
9
|
Al-rasikhuna
fi al-‘ilmi
|
Ali Imran/3: 7
|
Madaniyah
|
An-Nisa`/4: 162
|
Madaniyah
|
||
10
|
Ulul
albab
|
Ali Imran/3: 190
|
Madaniyah
|
11
|
Faqih
|
At-Taubah/9: 122
|
Madaniyah
|
12
|
Da’i
|
An-Nahl/16: 125
|
Makkiyah
|
Yusuf/12: 108
|
Madaniyah
|
||
13
|
Uli
al-Absar
|
Al-Hasyr/59: 2
|
Madaniyah
|
·
An-Nahlawi, sebagaimana dikutip oleh Ramayulis,
berdasarkan al-Baqarah/2 ayat 129 yang berisi kosa kata muzakki, menjelaskan bahwa
seorang pendidik mempunyai tugas pokok yaitu: (1) Tugas Pensucian, yakni
mengembangkan dan membersihkan jiwa peserta didik agar dapat mendekatkan diri
kepada Allah SWT, menjauhkannya dari keburukan, dan menjaganya agar tetap
berada pada fitrahnya. (2) Tugas pengajaran, yakni menyampaikan berbagai
pengetahuan dan pengalaman kepada peserta didik untuk diterjemahkan dalam
tingkah laku dan kehidupannya.[7]
·
Perlu juga disebutkan, bahwa berdasarkan
pemahaman terhadap ayat-ayat tersebut, subjek yang melakukan pendidikan adalah
Allah, malaikat, rasul dan manusia biasa. Tiga serangkai ini bersifat struktur
vertikal, yakni Allah sebagai pendidik utama, malaikat adalah penyambung, rasul
adalah orang yang diberi tugas khusus oleh Allah mendidik manusia, dan manusia
(‘ulama) sebagai
pewaris (penerus) risalah (baca: misi pendidikan) untuk mendewasakan manusia
dan membangun masyarakat etik (masyarakat berakhlak mulia).
·
Dalam salah satu surat kelompok Madaniyah yakni
ar-Rahman/55 ayat 1-4 secara eksplisit disebutkan bahwa Ar-Rahman (Allah SWT)
sebagai pendidik utama, yang telah mengajarkan al-Quran dan kepandaian
berbicara kepada Muhammad SAW. Dalam al-Qur`an disebutkan:
·
الرحمن() علم القران() خلق الانسان()
علمه البيان()
·
(Allah) Yang Maha Pengasih. Yang telah
mengajarkan al-Qur`an. Dia menciptakan manusia. Mengajarnya pandai berbicara.
[1] Drs. Syaiful Bahri Djamaroh, M.
Ag, Guru dan Anak Didik, ( Jakarta
: PT Rineka Cipta, 2005 ), Hal. 36-37
[2] http://dkpmm.wordpress.com/2011/12/21/pengertian-guru-menurut-para-ahli/
[5]
http://gurukreatif.wordpress.com/2013/02/19/kriteria-guru-profesional/
[6]
http://anharnst.wordpress.com/2011/04/30/profil-guru-menurut-al-quran/
[7] Ramayulis, Ilmu Pendidikan
Islam, (Jakarta: Kalam Mulia, 2002), h. 97.
0 komentar:
Posting Komentar