Selasa, 16 Juli 2013

Periodisasi Pendidikan Islam



BAB II
PEMBAHASAN

Islam bersifat universal, ketika Islam dijadikan sebagai paradigma ilmu pendidikan paling tidak berpijak pada tiga alasan. Pertama, ilmu pendidikan sebagai ilmu tergolong ilmu normatif. Kedua, dalam menganalisis masalah masalah pendidikan, para ahli selama ini cenderung mengambil teori-teori dan falsafah pendidikan barat yang lebih bercorak sekuler, sedangkan masyarakat Indonesia lebih bersifat religius. Atas dasar tersebut, nilai-nilai ideal Islam bisa dijadikan acuan dalam mengkaji fenomena kependidikan. Ketiga, dengan menjadikan Islam sebagai paradigma, maka keberadaan ilmu pendidikan memiliki ruh yang dapat menggerakkan kehidupan spiritual dan kehidupan yang hakiki.
  1. Pengertian Etimologi Pendidikan Islam
Pemahaman tentang pendidikan Islam dapat diawali dari penelusuran pengertian pendidikan Islam, sebab dalam pengertian itu terkandung indikator-indikator esensial dalam pendidikan. Pendidikan dalam wacana keislaman lebih populer dengan istilah tarbiyah, ta’lim, ta’dib, riyadhah[1]. Masing-masing istilah tersebut memiliki keunikan makna tersendiri ketika sebagian atau semuanya disebut secara bersamaan.
            Tarbiyah dalam leksikologi Al-Qur’an dan As Sunnah diambil dari fi’il madhin-nya (rabbayani) memiliki arti memproduksi, mengasuh, menanggung, memberi makan, menumbuhkan, mengembangkan, memelihara, membesarkan, menjinakkan.[2] Pemahaman tersebut diambil dari tiga ayat dalam  al-Qur.an sebagaimana di bawah ini :

ôÙÏÿ÷z$#ur $yJßgs9 yy$uZy_ ÉeA%!$# z`ÏB ÏpyJôm§9$# @è%ur Éb>§ $yJßg÷Hxqö$# $yJx. ÎT$u­/u #ZŽÉó|¹ ÇËÍÈ
“Dan rendahkanlah dirimu terhadap mereka berdua dengan penuh kesayangan dan ucapkanlah: "Wahai Tuhanku, kasihilah mereka keduanya, sebagaimana mereka berdua Telah mendidik Aku waktu kecil".
(al Isra’;24)
            Istilah rabbayani tidak hanya mencakup ranah kognitif, tapi juga afektif. Menurut Syed Quthub menafsirkan bahwa istilah tarbiyah mencakup pemeliharaan jasmani anak dan menumbuhkan kematangan mentalnya.[3]
            Ta’lim merupakan kata benda buatan (mashdar) yang berasal dari akar kata ‘allama,[4] yang bermakna proses transmisi berbagai ilmu pengetahuan pada jiwa individu tanpa adanya batasan dan ketentuan tertentu.[5] Pengertian ini berdasarkan firman Allah SWT dalam OS al-Baqarah ayat 31
zN¯=tæur tPyŠ#uä uä!$oÿôœF{$# $yg¯=ä. §NèO öNåkyÎztä n?tã Ïps3Í´¯»n=yJø9$# tA$s)sù ÎTqä«Î6/Rr& Ïä!$yJór'Î/ ÏäIwàs¯»yd bÎ) öNçFZä. tûüÏ%Ï»|¹ ÇÌÊÈ
“Dan dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, Kemudian mengemukakannya kepada para malaikat lalu berfirman: "Sebutkanlah kepada-Ku nama benda-benda itu jika kamu mamang benar orang-orang yang benar!"
               
            Ta’dib lazimnya diterjemahkan dengan pendidikan sopan santun tata karma, adab, budi pekerti, dan etika.[6] Artinya orang yang berpendidikan adalah orang yang berperadaban, sebaliknya, peradaban yang berkualitas dapat diraih melalui pendidikan.
            Riyadhah secara bahasa diartikan dengan pengajaran dan pelatihan.[7] Menurut al-Ghazali, kata riyadhah memiliki arti pelatihan atau pendidikan kepada anak.[8] Pelatihan memiliki arti pembiasaan dan masa kanak-kanak adalah masa yang paling cocok dengan metode pembiasaan itu. Anak kecil yang terbiasa melakukan aktifitas positif, maka ketika dewasa kepribadiannya akan menjadi saleh.
            Dari beberapa istilah pendidikan Islam di atas kesemuanya memiliki arti yang sama dan dapat diterima menurut perspektif masing-masing. Dalam khasanah literature keislaman, istilah tarbiyah ternyata lebih populer dan sering disebutkan dalam  penyebutan dunia pendidikan Islam.



  1. Pengertian Terminologi Pendidikan Islam
Berdasarkan beberapa pengertian dan pemahaman yang diturunkan dari beberapa istilah dalam pendidikan Islam, seperti tarbiyah, ta’lim, ta’dib, dan riyadhah, maka pendidikan Islam dapat dirumuskan sebagai berikut : “Proses transinternalisasi pengetahuan dan nilai Islam kepada peserta didik melalui upaya pengajaran, pembiasaan, bimbingan, pengasuhan, pengawasan, dan pengembangan potensinya, guna mencapai keselarasan dan kesempurnaan hidup di dunia dan akhirat”.[9] Definisi ini memiliki lima unsur pokok pendidikan Islam, yaitu:
1.      Proses transinternalisasi
2.      Pengetahuan dan nilai Islam
3.      Kepada peserta didik
4.      upaya pengajaran, pembiasaan, pengawasan, dan pengembangan potensi
5.      mencapai keselarasan dan kesempurnaan
  1. Sumber Pendidikan Islam
Sumber pendidikan Islam yang dimaksud ialah semua acuan  atau rujukan yang darinya memancarkan ilmu pengetahuan dan nilai-nilai yang akan ditransinternalisasikan dalam pendidikan Islam. Sumber ini tentunnya telah diyakini kebenaran dan kekuatannya dalam menghantarkan aktivitas pendidikan.
Menurut Said Ismail Ali,[10]sumber pendidikan Islam terdiri atas enam macam yaitu Al-Qur’an, As-Sunnah, kata-kata sahabat. Kemaslahatan umat, tradisi/adat, Ijtihad. Kekenam sumber pendidikan Islam tersebut digunakan secara hierarkis. Artinya, rujukan pendidikan Islam diawali dari sumber yang pertam yaitu Al- Qur’an dan dilanjutkan sumber berikutnya secara berurutan.
  1. Kegunaan Sejarah Pendidikan Islam
Secara umum sejarah mengandung kegunaan yang sangat besar bagi kehidupan umat manusia karena sejarah menyimpan, mengandung kekuatan yang dapat menimbulkan dinamisme dan melahirkan nilai-nilai baru bagi pertumbuhan serta perkembangan kehidupan umat manusia. Sumber utama ajaran Islam adalah al- Qur’an yang mengandung nilai kesejarahan yang langsung maupun tidak langsung dan mengandung makna besar, pelajaran yang sangat tinggi dan pimpinan utama khususnya bagi umat Islam. Tarikh dan ilmu tarikh dalam Islam menduduki arti penting. Oleh karena itu kegunaan sejarah pendidikan Islam meliputi dua aspek yaitu kegunaan yang bersifat umum dan kegunaan yang bersifat akademis.
Kegunaan yang bersifat umum berarti sejarah pendidikan Islam mempunyai kegunaan sebagai faktor keteladanan. Sejalan dengan makna yang tersurat dan tersirat dalam firman Allah:

ôs)©9 tb%x. öNä3s9 Îû ÉAqßu «!$# îouqóé& ×puZ|¡ym `yJÏj9 tb%x. (#qã_ötƒ ©!$# tPöquø9$#ur tÅzFy$# tx.sŒur ©!$# #ZŽÏVx. ÇËÊÈ

“Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.”


ö@è% $ygƒr'¯»tƒ ÚZ$¨Z9$# ÎoTÎ) ãAqßu «!$# öNà6ös9Î) $·èŠÏHsd Ï%©!$# ¼çms9 ہù=ãB ÏNºuq»yJ¡¡9$# ÇÚöF{$#ur ( Iw tm»s9Î) žwÎ) uqèd ¾ÇósムàMÏJãƒur ( (#qãYÏB$t«sù «!$$Î/ Ï&Î!qßuur ÄcÓÉ<¨Y9$# ÇcÍhGW{$# Ï%©!$# ÚÆÏB÷sム«!$$Î/ ¾ÏmÏG»yJÎ=Ÿ2ur çnqãèÎ7¨?$#ur öNà6¯=yès9 šcrßtGôgs? ÇÊÎÑÈ
“Katakanlah: "Hai manusia Sesungguhnya Aku adalah utusan Allah kepadamu semua, yaitu Allah yang mempunyai kerajaan langit dan bumi; tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) selain Dia, yang menghidupkan dan mematikan, Maka berimanlah kamu kepada Allah dan Rasul-Nya, nabi yang ummi yang beriman kepada Allah dan kepada kalimat-kalimat-Nya (kitab-kitab-Nya) dan ikutilah Dia, supaya kamu mendapat petunjuk"

Berpedoman pada dua ayat di atas, maka umat Islam dapat meneladani proses pendidikan Islam semenjak zaman nabi Nabi Muhammad SAW, zaman khulafa’ur Rosyidin, zaman ulama’ besar dan para pemuka gerakan pendidikan Islam, karena secara global bahwa proses pendidikan Islam pada hakekatnya merupakan manifestasi daripada pemikiran mereka tentang konsepsi Islam di bidang pendidikan baik teoritik maupun pelaksanaannya. Sedangkan kegunaan sejarah pendidikan Islam secara dinamis berarti sejarah pendidikan Islam selain memberikan perbendaraan perkembangan ilmu pengetahuan (teoritik atau praktek) menumbuhkan perspektif baru dalam rangka mencari relevansi pendidikan Islam terhadap bentuk perubahan dan perkembangan ilmu dan teknologi.
      Kegunaan studi sejarah pendidikan Islam:
a.       Mengetahui dan memahami pertumbuhan dan perkembangan pendidikan Islam sejak zaman lahirnya sampai sekarang.
b.      Mengambil manfaat dari proses pendidikan Islam guna memecahkan problematika pendidikan zaman sekarang.
c.       Memiliki sikap positif terhadap perubahan dan pembaharuan sistem pendidikan Islam.
Selain itu sejarah pendidikan Islam akan mempunyai kegunaan dalam rangka pembangunan dan pengembangan pendidikan Islam. Dalam hal ini memberikan arah kemajuan yang pernah dialami dan dinamismenya dalam kerangka pandangan yang utuh dan mendasar
E.  Periodisasi Sejarah Pendidikan Islam
Sejarah pendidikan Islam pada hakekatnya tidak terlepas dari sejarah Islam. Oleh sebab itu periodesasi sejarah pendidikan Islam dapat dikatakan dalam periode- periode sejarah Islam itu sendiri. Secara garis besar Dr. Nasution membagi sejarah ke dalam tiga periode, yaitu  periode klasik, pertengahan dan modern.[11]
Kemudian perinciannya dapat dibagi menjadi 5 masa, yaitu:
1.  Masa hidupnya Muhammad SAW ( 571- 632 M)
2.  Masa khulafaur Rosyidin (632- 661 M)
3.  Masa kekuasaan Muawiyah di Damsyik ( 661- 750 M)
4.  Masa kekuasaan Abbasiyah di Bagdad (750- 1250 M)
5.  Masa dari jatuhnya kekholifahan di Bagdad tahun 1250 M sampai sekarang.

    Pembagian 5 masa di atas dalam kaitannya dengan periodesasi sejarah pendidikan Islam berkaitan dengan sejarah Islam di Indonesia dengan fase sebagai berikut:
1.  Fase datangnya Islam ke Indonesia
2.  Fase pengembangandengan melalui proses adaptasi
3.  Fase berdirinya kerajaan- kerajaan Islam ( proses politik)
4.  Fase datangnya orang barat ( zaman penjajahan Belanda)
5.  Fase penjajahan Jepang
6.  Fase Indonesia merdeka
7.  Fase pembangunan (Masa OrdeBaru)
                Dengan demikian periodisasi tentang sejarah pendidikan Islam mencakup periode sejarah Islam yang terjadi dalam kawasan dunia Islam dan kawasan Indonesia yang erat kaitannya dengan kepentingan studi atau kajian Islam di Indonesia.





















BAB III
PENUTUP
Kesimpulan    :
Menurut ajaran Islam, manusia adalah makhluk ciptaan Allah SWT yang paling dimuliakan oleh-Nya. Kelebihan manusia di antara makhluk lainnya ialah mempunyai akal dan daya kehidupan yang dapat membentuk peradaban. Manusia adalah makhluk yang selalu meninginkan kesempurnaan baik secara lahir maupun batin. Dan untuk mencapai kesempurnaan manusia dituntut untuk bergaul dengan orang lain dan bisa beradaptasi dengan lingkungannya. Usaha-usaha untuk menemukan jati diri inilah yang dinamakan dengan belajar.
Proses Interaksi dalam belajar itu, sudah dibangun dari masa lalu, bahkan dalam al-Qur’an disebutkan beberapa kisah nabi yang berkaitan dengan pembelajaran dari Kisah Nabi Adam, yang pertama kali merintis proses pengajaran kepada anak cucunya dengan pengenalan nama-nama benda (QS al Baqarah :30-31). Sejarah Islam menjelaskan bahwa pendidik di zaman Rasulullah dan para sahabat  bukan merupakan profesi atau pekerjaan untuk menhasilkan uang, melainkan mengajar karena panggilan agama dalam rangka mendekatkan diri kepada Allah SWT dan mengharapkan Ridho-Nya
Sekiranya, kita dapat mengambil hikmah dari pola pendidikan yang telah beliau ajarkan. Karena persepsi pendidik dalam islam memiliki kepribadian yang baik, mulia, lengkap dengan kesadaran mengemban amanat mendidik adalah tugas yang luas, suci dan mulia.











DAFTAR PUSTAKA

Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: al-ma’arif, 1980)
Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: YP3A)
Muhammad al-Naquib al –Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,1988)
Mujib Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana,2006)
Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam,( Jakarta: PrenadaMedia, 2005)


[1] Mujib Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana,2006), hal 10
[2] Muhammad al-Naquib al –Attas, Konsep Pendidikan dalam Islam, (Bandung: Mizan,1988),hal 66
[3] Syed Quthub, Tafsir fi Dhilal Al-Qur’an, juz XV, hal 15
[4] Mujib Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana,2006), hal 18
[5] Muhammad Rasyid Ridha, Tafsir al-Manar, juz I, hal 262
[6] Mahmud Yunus, Kamus Arab-Indonesia,(Jakarta: YP3A), hal 37
[7] Mahmud Yunus, Op.cit., hal 149
[8] Al-Ghazali, dalam Mujib Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana,2006), hal 21
[9] Mujib Mudzakkir Jusuf, Ilmu Pendidikan Islam,(Jakarta: Kencana,2006), hal 28
[10] Said Ismail Ali, dalam Hasan Langgulung, Beberapa Pemikiran Tentang Pendidikan Islam, (Bandung: al-ma’arif, 1980), hal 35
[11] Dr. Nasution, dalam Suwito, Sejarah Sosial Pendidikan Islam, Jakarta, PrenadaMedia, 2005 hal 2

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes