Kamis, 23 Oktober 2014

SAKRALITAS KELAHIRAN NKRI


SAKRALITAS KELAHIRAN - Kelahiran selalu ditandai dengan suka cita. Kegembiraan tak terkira menyeruak seketika saat ada kabar kelahiran. Kelahiran seperti menyimpan sejuta kebahagian yang sulit dirumuskan. Termasuk pula tentang kelahiran republik baru bernama Indonesia 69 tahun yang lalu tepat pada 17 Agustus 1945. Kelahiran Indonesia diprakarsai oleh dua anak muda yang sangat gagah berani, Bung Karno dan Bung Hatta. Atas nama bangsa Indonesia, kedua proklamator itu membaca teks proklamasi yang sangat singkat.
Meski singkat maknanya sangat besar bagi bangsa Indonesia. Pembacaan teks itu menandai kelahiran republik baru di Asia. Seketika saja kebahagian menyeruak keseluruh tanah air dari Aceh sampai Papua. Suka cita dirayakan di berbagai tempat, sebagai penanda kebahagian atas kelahiran republik baru.

Impian kemerdekaan yang telah lama terpasung sejak penjajahan Belanda hingga Jepang saat itu benar-benar hadir. Kemerdekaan bukah hanya sekedar mimpi namun telah hadir secara nyata dalam kehidupan bangsa Indonesia. Kemerdekaan Indonesia menjadi harga besar tak ternilai. Perjuangan para pendiri bangsa ratusan tahun sebelumnya telah membuahkan hasil. Sudah banyak generasi berjuang untuk kemerdekaan Indonesia. Proses panjang itu berakhir pada tahun 1945. Maka sangat pantas generasi 45 disebut sebagai generasi emas.
Sepanjang sejarah bangsa Indonesia generasi 45 tidak akan pernah terlupa. Tetapi kita tak boleh lupa pada sejarah. Bahwa keberhasilan perjuangan pada tahun 1945 tidak datang secara tiba-tiba. Ada proses panjang yang dilalui hingga jutaan nyawa melayang demi kemerdekaan tanah air. Tahun 1945 hanyalah puncak dari kerisauan panjang keterjajahan bangsa Indonesia. Sebab itu, dalam melihat sejarah, setiap lintasan waktu harus diperhatikan, karena dalam setiap generasi selalu tampil anak-anak muda tangguh dan brilian yang berjuang untuk berdirinya republik ini.
Harga proklamasi kemerdekaan, atau lebih tepatnya harga kelahiran Indonesia itu mahal. Pertaruhan bangsa Indonesia untuk itu adalah harta dan nyawa. Ibarat kelahiran manusia, sebelumnya ada proses panjang yang dilalui oleh seorang ibu hingga pada titik akhir ia harus mempertaruhkan nyawa demi kelahiran anaknya.
Begitupun kelahiran Republik Indonesia, berbagai ancaman dan tantangan hadir saat detik-detik pertaruhan proklamasi kemerdekaan. Demi kelahiran Indonesia, pantang bagi proklamator dan para pendiri bangsa lainnya mengurungkan niatnya untuk kemerdekaan Indonesia. Keberanian itulah yang membuat republik ini berdiri tegak hingga kini berusia 69 tahun.
Usia yang cukup tua untuk ukuran manusia, tetapi bagi usia sebuah negara terlalu dini mengatakan Indonesia sudah tua. Perjalanan bangsa ini masih sangat panjang. Bahkan terlalu sulit bagi kita membayangkan usia panjang perjalanan Indonesia. Indonesia akan hidup sepanjang masa, meretas batas-batas generasi.
Sebab itulah, perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tanggal 17 Agustus selalu menghadirkan berbagai macam rasa; sedih-bahagia, takut-berani, pesismis-optimis, dan ragam sandingan perasaan lainnnya yang kadang-kadang terlalu sulit digambarkan.

0 komentar:

Posting Komentar

Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | coupon codes